HADIST PERTAMA
Perintah dan anjuran Nabi kepada umatnya untuk saling berkasih-sayang dan larangan dari meniggalkan nya
Dari Abdullah bin Amar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Para pengasih dan penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang-pen), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yagn ada di langit”[1]
Dan diriwayat lain dari Jabir bin Abdillah beliau bersabda:
لاَ يَرْحَمُ اللهَ مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ
“Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia.”[2]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang”[3]
عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تَرَاحَمُوا قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ كُلُّنَا رَحِيمٌ . قَالَ : إِنَّهُ لَيْسَ بِرَحْمَةِ أَحَدِكُمْ خَاصَّتَهَ ، وَلَكِنْ رَحْمَةُ الْعَامَّةِ
Dari Abu musa Al-Asy’ari beliau mendengar Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian saling menyayangi, para sahabat berkata : “setiap kami penyayang ya rasulullah” beliau menjawab : sesunggungnya yang dimaksud bukanlah kasih sayang khusus yang ada pada kalian, akan tetapi kasih sayang yang lebih umum.”[4]
Faidah : Rahmat atau kasih sayang ada dua macam, rahmat kecil yang sifatnya khusus dan rahmat besar yang sifatnya umum.
Yang pertama Yaitu kasih sayang kepada makhluk pada perkara-perkara yang berurusan dengan kehidupan mereka seperti melindungi mereka dari mara bahaya, mencukupi keperluan mereka, menolong mereka menghilangkan kesedihan dan lainsebagainya dari akhlak-akhlak terpuji yang di ajarkan oleh semua agama yang berasal dari Allah.
Adapun rahmat yang besar adalah rahmat yang karenanya Allah mengutus para nabi dan rasul dan Allah turunkan karena nya kitab-kitab, yaitu mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus dengan mendakwahi mereka kepada jalan Allah Ta’ala, maka orang yang memiliki rahmat jenis ini merekalah yang mendapatkan bagian terbesar dari rahmat Allah Ta’ala.
Ibnul qoyyim berkata “Sesungguhnya kedudukan makhluk yang paling utama disisi Allah adalah kedudukan kerasulan dan kenabian, Allah memilih rasul-rasul Nya dari kalangan malaikat dan dari manusia, maka bagaimana tidak menjadi makhluk yang paling utama kedudukan nya di sisi Allah, siapa yang Allah jadikan mereka perantara antara diri Nya dan hamba-hamba Nya didalam menyampaikan risalah Nya, memperkenalkan nama-nama dan sifat-sifat Nya, perbuatan-perbuatan dan hikmah-hikmah Nya, keridhaan-keridhaan dan kemurkaan-kemurkaan Nya, pahala-pahala dan siksaan-siksaan Nya, dan Allah khususkan mereka dengan wahyu dan keutamaan Nya, dan Allah ridhai mereka untuk membawa risalahnya kepada para hamba Nya, dan Allah jadikan mereka orang-orang yang paling suci jiwa nya dan paling mulia akhlak nya, dan paling sempurna ilmu dan amalan nya, dan paling di cintai dan di terima oleh hati manusia, dan Allah bebaskan dari setiap cacat dan akhlak yang rendah. Allah jadikan kedudukan manusia yang paling mulia setelah kedudukan para nabi dan rasul yaitu kedudukan pengganti mereka di tengah tengan umat nya, karena merekalah yang menggantikan nya diatas jalan dan cara mereka dalam memberi nashihat kepada umat, menunjuki yang sesat dan mengajarkan yang jahil dan menolong orang yang didholimi dan memerintahkan mereka kepada kebaikan dan melarang dari keburukan, dan mendakwahi orang yang mau menerima dengan cara yang hikmah dan memberi nasehat yang baik bagi orang berpaling dan lalai, dan mendebat dengan cara yang terbaik bagi orang yang menentang, inilah keadaan para pengikut para Nabi dan pewaris mereka,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
(Artinya: Katakanlah: “Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru kepada ALLAH dengan keterangan yang nyata. Maha Suci ALLAH dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” [Yusuf: 108]
Sama saja apakah makna “aku dan orang yang mengikutiku diatas keterangan dan aku berdakwah kepada Allah, ataupun maknanya aku berdakwah kepada Allah diatas keterangan, maka kedua penafsiran ini saling berhubungan, maka tidak mungkin bisa menjadi pengikut nya dengan arti sebenarnya kecuali siapa yang berdakwah kepada Allah diatas keterangan, sebagaimana panutan yang diikuti shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan nya.
Merekalah para penerus dan pewaris Rasulullah yang sebenarnya, dan merekalah orang-orang yang berilmu yang telah mempraktekan apa yang datang dari nya baik secara ilmu, amal, petunjuk, bimbingan, kesabaran dan pengorbanan.dan merekalah orang-orang yang jujur dan mereka pengikut para nabi yang terbaik, kepala dan pimpiman mereka adalah yang di juluki As-Shidiq Akbar yaitu Abu bakar radhiyallahu ‘anhu, dan merekalah para Rabbani, dan orang yang kuat dalam keilmuan, dan mereka perantara antara rasulullahi dan umatnya, dan mereka lah pengganti dan wali-wali nya, golongannya, orang khususnya dan pembawa agamanya, dan merekalah orang yang telah dijamin bahwasanya mereka akan selalu diatas kebenaran ,tidak membahayakan mereka siapapun yang menghinakan dan menyelisihi mereka, sampai datang keputusan Allah, dan mereka adalah manusia pilihan Allah yang yang termulia kedudukan nya disisi Nya sebagaimana di tunjukan dalam firman Nya :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”? [fushilat:33]
Hasan Al-Basri berkata :”Dia adalah orang mukmin yang menjawab seruan Allah , dan mengajak manusia kepada nya , dan beramal sholeh didalam menjawab seruan Nya, maka ini adalah kesayangan dan wali Allah.
Maka kedudukan berdakwah adalah kedudukan hamba yang paling utama, merekalah orang-orang yang diberkahi dimanapun mereka berada, karena sesungguhnya keberkahan seseorang itu adalah apabila dia mengajarkan kebaikan kepada orang lain dan memberikan nasehat di waktu dan kondisi apapun, Allah Ta,ala berfirman mengkhabarkan nabi Isa ‘alaihissalam :
وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
“ Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada”[Maryam:31]
Yaitu sebagai orang yang mengajarkan kebaikan dan berdakwah kepada Allah, mengingatkan dengan Nya, dan menganjukran untuk mentaatinya, maka ini dari keberkahan seseorang, siapa yang kosong dari nya maka dia telah luput dari keberkahan, dan hilang keberkahan saat berkumpul dan bertemu dengan nya, Masyruk berkata: aku membaca kepada Abdullah bin mas’aud firman Allah:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“ Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).” [An-nahl : 120]
Maka beliau berkata “ Dahulu mu’adz adalah umat, tahukah kamu apa itu umat? Umat adalah orang yang mengajarkan kebaikan dan orang yang patuh adalah orang yang patuh pada Allah dan rasul Nya.” Dan maksudnya adalah bahwa kedudukan shidiqin dan rabbaniyin dan pewaris para nabi dan penerus risalah adalah seutama-utamanya umat, kalaulah keutamaan dan kemuliaan mereka hanya berupa, orang yang mengetahui suatu ilmu dengan sebab pengajaran dan bimbingan nya dan orang tersebut mengajarkan lagi kepada orang lain, maka dia akan mendapatkan pahala yang terus mengalir sepanjang zaman. Telah shahih dari Nabi bahwa beliau bersabda :
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.”[5]
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ
”Barangsiapa yang membuat contoh yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun”[6]
Maka tatkala seorang alim atau dai adalah sebab orang lain mendapatkan ilmu yang merupakan sebab keselamatan dari macam-macam kebinasaan, dan usahanya dia hanya ini, maka keselamatan para hamba melalui kedua tangannya, maka dia diberi balasan sesuai jenis amalannya, dan dijadikanlah makhluk yang ada di langit dan bumi berusaha menyelamatkannya dari sebab-sebab kebinasaan dengan memintakan ampun untuknya, jika malaikat saja memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, maka bagaimana mungkin mereka tidak memintakan ampun untuk keselamatan mereka.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sesungguhnya Allah,para malaikat Nya,penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia “[7]
Sungguh alangkah tingginya dan agungnya martabat mereka, yang ketika dalam kondisi hidupannya tersibukan dengan sebagian kesibukannya, atau dikuburnya jasadnya telah hancur, akantetapi lembaran amalannya terus bertambah yang dipenuhi kebaikan setiap waktu, dan amalan kebaikan dihadiahkan untuk nya dari arah yang tidak ia sangka sangka, yang demikian sungguh demi Allah merupakan suatu kemuliaan dan ghonimah, maka hendaknya orang berlomba-lomba mendapatkannya, dan itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah pemilik karunia yang besar.
Sepantasnya kedudukan yang seperti ini untuk diraih dengan sesuatu yang paling mahal, dan dicurahkan waktu untuknya, dan dicari dengan sebenarnya. Kita meminta kepada Allah yang ditangan Nya lah kunci-kunci kebaikan, agar dibukakan untuk kita perbendaharaan rahmatnya dan menjadikan kita pemilik sifat yang mulia ini dengan karunia dan kemuliaannya.[8]
Hadist-hadist tentang rahmat diatas menerangkan akan rahmat sebenarnya yang Nabi diutus dengan nya kepada manusia seluruhnya yaitu untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, sebagaimana nanti akan datang penjelasannya tentang rahmat Nabi kepada individu dan kelompok manusia, dan umatnya juga diutus kepada semua manusia dengan visi yang sama, sebagaimana pada hadist-hadist diatas juga terdapat penjelasan tentang sunatullahi yang berjalan didalam ketetapan dan syari’at Nya, yaitu bahwasanya balasan sesuai jenis amalannya juga datang dalam hadist
اٍرْحَمُوا تُرْحَمُوا , واغْفِرُوا يَغْفِرْ لِكُمْ
“Rahmatilah niscaya kalian akan dirahmati, dan ampunilah agar kalian diampuni”[9]
Maka balasan adalah sesuai jenis amalannya baik berupa kebaikan ataupun keburukan, maka siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan tutupi aibnya, siapa yang memudahkan orang yang dalam kesusahan maka Allah akan memudahkannya didunia dan akhirat, siapa yang menerima penyesalan orang yang berjual beli dengannya maka Allah akan membantu menghadapi kesulitan dihari kiamat, siapa yang mencari-cari aib saudaranya maka Allah akan buka aibnya, siapa yang membahayakan seorang muslim maka Allah akan membahayakannya, siapa yang menyulitkan orang lain maka Allah akan menyulitkannya, siapa yang menelantarkan seorang muslim di kondisi yang seharusnya ia tolong maka Allah akan menelantarkannya di kondisi yang ia membutuhkan pertolongan, siapa yang beramal hanya ingin didengar maka Allah membalas sesuai niatnya, orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Dzat yang maha penyayang, sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambanya yang penyayang, siapa yang berinfak maka Allah akan berikan ganti kepadanya, barang siapa yang tulus kepada hamba Nya maka Allah akan membalas ketulusannya, siapa yang memberi manfaat, maka Allah akan memberinya manfaat, siapa yang menahan kebaikannya maka Allah menahan kebaikan Nya, siapa yang memaafkan orang lain dari haknya maka Allah memaafkannya dari hak Nya. Inilah syariat dan ketetapan Allah, pahala dan hukuman Nya semuanya tegak diatas dasar ini, yaitu memasukan dan menilai hal yang serupa atau semisal dengan yang yang sama, dan inilah kandungan dari nama-nama dan sifat-sifat Allah, orang yang paling dicintai adalah orang yang bersifat dengan konsekwensi dari sifat-sifat Nya. Dan orang yang paling dibenci adalah orang yang bersifat dengan kebalikan dari sifat-sifat Nya, karenanya Allah membenci orang kafir, dholim, jahil, keras hati, bakhil, pengecut, berjiwa rendah. Dialah yang maha indah menyukai keindahan, maha berilmu menyukai ulama, maha penyayang menyukai orang yang penyayang, maha baik menyukai orang yang berbuat baik, maha bersyukur menyukai orang yang bersyukur, maha penyabar menyukai orang yang sabar, maha dermawan menyukai orang yang dermawan, maha menutupi dosa menyukai orang yang menutupi dosa, maha mampu dan tidak suka kelemahan, maka seorang mukmin yang kuat lebih Dia cintai daripada mukmin yang lemah, maha pemaaf menyukai orang yang memaafkan, maha lembut menyukai kelembutan, dan membenci sifat keras kasar, maha santun menyukai sikap santun, maha baik menyukai kebaikan, maha adil menyukai keadilan, maha ganjil menyukai yang ganjil, maka setiap apa yang Dia cintai merupakan pengaruh dari konsekwensi nama-nama dan sifat-sifat Nya, dan setiap apa yang Dia benci maka itu yang berlawanan dengan tuntutan nama-nama dan sifat-sifat Nya, maka siapa yang berbuat kepada hamba Nya dengan sifat Nya maka Allah akan balas dengan sifat Nya tersebut baik didunia maupun di akhirat, maka bersikaplah sesuai kehendakmu karena Allah akan membalas sesuai dengan sikap kita kepada hamba Nya. Karenanya maka umat ini merupakan umat yang paling besar mendapatkan ramhat Allah didunia dan akhirat, karena mereka adalah umat yang paling besar kasih sayangnya kepada manusia, dengan keluarnya mereka dijalan Allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya,[10] sebagaimana perkataan Abu Hurairah dalam menafsirkan firman Allah :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.[ Ali-Imran : 110]
“Sebaik-baik manusia adalah yang mendatangi mereka dengan mengikat leher-leher mereka sampai mereka masuk islam.”[11]
[1]. Ahmad (6494) , Abu Daud (4941), At-Tirmidzi (1924) beliau berkata : Hadist hasan shohih
[2]. Al-Bukhori (7376)
[3]. At-Thabrani dan dihasankan oleh Al-Albani dalam shohih Al-jami’(2377)
[4] . An-Nasai (5928), Al-Hakim (7310) beliau berkata : isnadnya shohih, dan disepakati oleh Ad-Dzahabi
[5] . Bukhari ( 2942) dan Muslim (2406)
[6] . Muslim (103 ), Ahmad (357), An Nasa’i (76), At Tirmidzi (2675)
[7].At-Tirmidzi (2685), At-Thabrani (8/233) Al-Haistami berkata didalam nya terdapat Al-Qasim Abu Abdurahman dianggap stiqah oleh Bukhari dan dhaif oleh Ahmad, dan hadis ini di shahihkan Al-Albani
[8] .Miftah Dar-Assa’adah (103), Risalah Ibnul Qoyyim ke salah seorang saudaranya (5), Tariqul hijratain (2/764-771)
[9] .Ahmad (2/165) di shohihkan Al-Albani di silsilah Ahadist As-shahihah (482)
[10] .I’lamul muwaqiin (1/150), Udatusshobirin (283), Wabilusshoyib (35)
[11] .Bukhari (4557)
