Hadist ke tiga
Rahmat beliau shalallahu alaihi wa salam Beliau menggunakan kesempatan di waktu-waktu yang paling utama untuk memintakan ampunan dan rahmat bagi umatnya
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ، قَالَ : كُنْتُ فِي الْمَسْجِدِ ، فَدَخَلَ رَجُلٌ يُصَلِّي ، فَقَرَأَ قِرَاءَةً أَنْكَرْتُهَا عَلَيْهِ ، ثُمَّ دَخَلَ آخَرُ فَقَرَأَ قِرَاءَةً سِوَى قَرَاءَةِ صَاحِبِهِ ، فَلَمَّا قَضَيْنَا الصَّلَاةَ دَخَلْنَا جَمِيعًا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقُلْتُ : إِنَّ هَذَا قَرَأَ قِرَاءَةً أَنْكَرْتُهَا عَلَيْهِ ، وَدَخَلَ آخَرُ فَقَرَأَ سِوَى قِرَاءَةِ صَاحِبِهِ ، فَأَمَرَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَرَآ ، فَحَسَّنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَأْنَهُمَا ، فَسَقَطَ فِي نَفْسِي مِنَ التَّكْذِيبِ ، وَلَا إِذْ كُنْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ، فَلَمَّا رَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَدْ غَشِيَنِي ، ضَرَبَ فِي صَدْرِي ، فَفِضْتُ عَرَقًا وَكَأَنَّمَا أَنْظُرُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَرَقًا ، فَقَالَ لِي : يَا أُبَيُّ أُرْسِلَ إِلَيَّ أَنِ اقْرَأِ الْقُرْآنَ عَلَى حَرْفٍ ، فَرَدَدْتُ إِلَيْهِ أَنْ هَوِّنْ عَلَى أُمَّتِي ، فَرَدَّ إِلَيَّ الثَّانِيَةَ اقْرَأْهُ عَلَى حَرْفَيْنِ ، فَرَدَدْتُ إِلَيْهِ أَنْ هَوِّنْ عَلَى أُمَّتِي ، فَرَدَّ إِلَيَّ الثَّالِثَةَ اقْرَأْهُ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ ، فَلَكَ بِكُلِّ رَدَّةٍ رَدَدْتُكَهَا مَسْأَلَةٌ تَسْأَلُنِيهَا ، فَقُلْتُ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّتِي ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّتِي ، وَأَخَّرْتُ الثَّالِثَةَ لِيَوْمٍ يَرْغَبُ إِلَيَّ الْخَلْقُ كُلُّهُمْ ، حَتَّى إِبْرَاهِيمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Ubay bin Kaab, ia berkata : Ketika aku berada di Masjid masuklah seorang laki-laki kemudian shalat, ia membaca bacaan yang aku mengingkarinya, kemudian masuk lagi orang lainnya kemudian membaca bacaan yang berbeda, maka setelah selesai shalat kami semua menghadap Rasulullahn, aku sampaikan :
“Sesungguhnya orang ini membaca bacaan yang aku mengingkarinya, kemudian masuk lagi yang lainnya dan masuk pula yang lain membaca (ayat) yang berbeda dengan temannya. Rasul menyuruh mereka berdua membacanya kemudian Nabi memuji keduanya, maka sirnalah dalam diriku sikap mendustakan dan tidak seperti diriku di zaman jahiliyyah. Rasul menyadari kegelisahanku dan menepuk dadaku hingga keringat dinginku mengucur seolah aku melihat kelompok-kelompok dihadapan Allah. Rasul berkata kepadaku : Ubai, telah diutus kepadaku (malaikat) Serta Kaitannya dengan Qira’at untuk membacakan al- Qur’an dengan satu huruf, aku meminta kepadanya untuk memberi kemudahan untuk umatku, kemudian ia kembali kali yang kedu bacalah al- Qur’an dengan dua huruf, aku meminta lagi agar memberi kemudahan untuk umatku, kemudian ia (jibril) kembali lagi kali yang ketiga, : “Bacalah al- Qur’an dengan tujuh huruf. terserah padamu Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan pertanyaan permintaan lagi”. Kemudian aku menjawabnya: “ya Allah! Ampunilah umatku, ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana semua makhluk mencintaiku sampai Nabi Ibrahim .”[1]
Didalam riwayat muslim
أسْأَلُ اللهَ مُعَافَاتَهُ وَمَغْفِرَتَهُ وَإِنَّ أُمَّتِيْ لَا تُطِيْقُ ذَلِكَ
“Aku memohon kepada Allah kasih sayang dan ampunan Nya, sesungguhnya umatku tidak mampu akan hal itu”[2]
Didalam riwayat Tirmidzi:
يَا جِبْرِيْلُ إِنِّيْ بُعِثْتُ إِلَى أُمَّةٍ أُمِّيِّيْنَ مِنْهُمُ الْعَجُوْزُ وَالشَّيْخُ الْكَبِيْرُ وَالْغُلَامُ وَالْجَارِيَةُ وَالرَّجُلُ الَّذِي لَمْ يَقْرَأْ كِتَابًا قَطُّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ
“Wahai Jibril sesungguhnya aku di utus kepada umat yang buta huruf, diantara mereka ada yang lemah, tua renta, hamba sahaya laki laki dan perempuan, dan orang yang tidak bisa membaca sama sekali, maka Jibril berkata wahai Muhammad sesungguhnya Al-Quran diturunkan dengan tujuh dialek bacaan”[3]
Didalam hadist-hadist diatas terdapat penjelasan tentang kasih sayang Rasulullahi sholallahu ‘alaihi wasalam kepada umatnya dimana beliau memberi syafa’at disisi Rabbnya untuk meringgankan beban bagi mereka. Diantara kasih sayang beliau kepada umatnya adalah dengan beliau memberi syafa’at untuk umatnya dengan apa-apa yang maslahat baik didalam urusan agama, dunia dan akherat mereka. Sebagaimana juga yang terdapat dalam sebuah hadist abi sa’ad bin abi waqqash:
عَنْ سَعْدِ بنِ أَبي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللَّه عنْهُ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مِن مَكَّةَ نُرِيدُ المَدِينَةَ، فَلَمَّا كُنَّا قَرِيبًا مِن عَزْوَراءَ نَزَلَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ، فدعَا اللَّه سَاعَةً، ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا، فَمَكَثَ طَوِيلاً، ثُمَّ قامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ، ساعَةً، ثُمَّ خَرَّ ساجِدًا فَعَلَهُ ثَلاثاً وَقَالَ: “إِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي، وَشَفَعْتُ لأُمَّتِي، فَأَعْطَاني ثُلُثَ أُمَّتي، فَخَررتُ سَاجِداً لِرَبِّي شُكرًا، ثُمَّ رَفعْتُ رَأْسِي، فَسَأَلْتُ رَبِّي لأُمَّتي، فَأَعْطَانِي ثُلثَ أُمَّتي، فَخررْتُ سَاجِداً لربِّي شُكراً، ثمَّ رَفعْت رَأسِي فَسَألتُ رَبِّي لأُمَّتي، فَأعطاني الثُّلُثَ الآخَرَ، فَخَرَرتُ ساجِدا لِرَبِّي”.
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash radhiyallahu anhu, katanya: “Kita semua keluar dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dari Makkah menuju Madinah. Ketika kita sudah berada di dekat ‘Azwara’, beliau shalallahu alaihi wasalam lalu turun -dari kendaraannya-, kemudian mengangkat kedua tangannya terus berdoa kepada Allah sesaat, selanjutnya lalu turun untuk bersujud, kemudian berdiam diri agak lama, kemudian berdiri mengangkat kedua tangannya sesaat lalu turun untuk bersujud lagi dan ini dilakukan sampai tiga kali. Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: “Sesungguhnya saya memohon kepada Rabbku supaya dapat memberikan syafaat kepada umatku, lalu Allah memberikan padaku sepertiga dari umatku itu. Kemudian saya turun untuk bersujud karena menyatakan kesyukuran kepada Rabbku. Selanjutnya saya mengangkat kepalaku lalu saya bermohon lagi pada Rabbku untuk umatku, kemudian Raabku memberikan kepadaku sepertiga umatku lagi, lalu saya turun pula untuk bersujud kepada Rabbku karena menyatakan kesyukuran kepada Rabbku. Seterusnya saya mengangkat kepalaku sekali lagi, lalu saya bermohon kepada Rabbku untuk umatku, kemudian memberikan pula sepertiga yang terakhir, maka saya turun untuk bersujud kepada Rabbku.” [4]
Di dalam hadist lain:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا عَشِيَّةَ عَرَفَةَ ، لِأُمَّتِهِ بِالْمَغْفِرَةِ ، وَالرَّحْمَةِ فَأَكْثَرَ الدُّعَاءَ ، فَأَجَابَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : أَنْ قَدْ فَعَلْتُ ، وَغَفَرْتُ لِأُمَّتِكَ إِلَّا مَنْ ظَلَمَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا ، فَقَالَ : يَا رَبِّ إِنَّكَ قَادِرٌ أَنْ تَغْفِرَ لِلظَّالِمِ ، وَتُثِيبَ الْمَظْلُومَ خَيْرًا مِنْ مَظْلَمَتِهِ ، فَلَمْ يَكُنْ فِي تِلْكَ الْعَشِيَّةِ ، إِلَّا ذَا فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ دَعَا غَدَاةَ الْمُزْدَلِفَةِ ، فَعَادَ يَدْعُو لِأُمَّتِهِ ، فَلَمْ يَلْبَثِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَبَسَّمَ ، فَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِهِ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي ، ضَحِكْتَ فِي سَاعَةٍ لَمْ تَكُنْ تَضْحَكُ فِيهَا ، فَمَا أَضْحَكَكَ ، أَضْحَكَ اللَّهُ سِنَّكَ قَالَ : تَبَسَّمْتُ مِنْ عَدُوِّ اللَّهِ إِبْلِيسَ ، حِينَ عَلِمَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدِ اسْتَجَابَ لِي فِي أُمَّتِي ، وَغَفَرَ لِلظَّالِمِ ، أَهْوَى يَدْعُو بِالثُّبُورِ وَالْوَيْلِ ، وَيَحْثُو التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهِ ، فَتَبَسَّمْتُ مِمَّا يَصْنَعُ جَزَعُهُ
Rasulullah pernah memohonkan ampun dan rahmat untuk umatnya pada malam Arafah, beliau memperbanyak doa, dan dijawab oleh Allah dengan firman-Nya, Sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, kecuali orang-orang yang zalim karena Aku akan memperhitungkan dosa-dosa mereka atas orang-orang yang mereka zalimi. Nabi memohon lagi, Wahai Rabbku, Engkau mampu mengampuni orang yang dizalimi dan memberi pahala kepada orang yang didzalimi. Permohonan itu tidak mendapat jawaban pada malam itu. Pada pagi hari ketika beliau sedang di Muzdalifah beliau mengulang permohonannya dan kali ini Allah mengabulkan permohonannya itu. Rasulullah pun tertawa (tersenyum). Melihat hal itu, Sebagian shahabat bertanya kepada Rasulullah, Demi ayah dan ibu, sesungguhnya waktu seperti ini tidak seperti biasanya Anda tertawa (tersenyum), apa gerangan yang membuat Anda tertawa? Semoga Allah selalu membuat Anda tertawa. Rasulullah menjawab, Ketika musuh Allah (iblis) tahu doaku dikabulkan oleh Allah dan mengampuni umatku, iblis itu mengambil debu dan melumurkannya ke kepalanya sambil bersumpah serapah mengharap kecelakaan dan kemusnahan untuk umat Muhammad. Kekesalan dan kekhawatirannya itu yang membuatku tertawa.[5]
Didalam hadist Aisyah disebutkan :
لَمَّا رأَيْتُ مِن النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم طِيبَ نفسٍ قُلْتُ يا رسولَ اللهِ ادعُ اللهَ لي فقال
اللَّهمَّ اغفِرْ لِعائشةَ ما تقدَّم مِن ذنبِها وما تأخَّر ما أسرَّتْ وما أعلَنَتْ , فضحِكَتْ عائشةُ حتَّى سقَط رأسُها في حِجْرِها مِن الضَّحِكِ قال لها رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : أيسُرُّكِ دعائي ؟ فقالت : وما لي لا يسُرُّني دعاؤُكَ ؟ فقال صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : واللهِ إنَّها لَدعائي لِأُمَّتي في كلِّ صلاةٍ
Beliau (Aisyah) mengatakan: “Ketika aku melihat dari diri Nabi, dalam keadaan baik, lalu aku katakan kepada beliau”: “Ya Rasulallahi, berdoalah kepada Allah untuk ku”. Kemudian Nabi mengangkat tangannya berdoa kepada Allah:
للَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنَبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ، مَا أَسَرَّتْ وَمَا أَعْلَنَت
“Ya Allah, ampunilah ‘Aisyah, seluruh dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dosanya yang tersembunyi dan yang terlihat “.Mendengar doanya Nabi itu, ‘Aisyah kemudian tersenyum lebar, dan tertawa. Saking senangnya, sampai-sampai ia menjatuhkan kepalanya di pangkuan Nabi. Kemudian beliau mengatakan:”Senangkah engkau dengan doaku tadi?” ‘Aisyah menjawab: “Bagaimana mungkin aku tidak gembira dengan doamu Ya Rasulullah?”Beliau kemudian meneruskan: “Demi Allah, itulah doaku untuk umatku setiap salat“.[6]
Didalam hadist ini terdapat penjelasan atas kesempurnaan rahmat Nabi kepada umatnya dengan beliau memilih saat-saat yang dimana beliau paling dekat dengan Rabbnya untuk mendoakan umatnya dengan ampunan dan rahmat, dan beliaulah yang lebih sayang kepada umatnya daripada diri mereka sendiri.
[1] .
[2] .Muslim (820)
[3] . At-Tirmidzi (2944)
[4] .Abu Daud (2775)
[5] .Ahmad (16207), Ibnu Majah (3013), Al-Baihaqi berkata : hadist ini mempunyai banyak penguat
[6] .Ibnu hiban (7111) Al-Haistami berkata : diriwayatkan oleh Al-Bazar dan perowinya perowi shohih selain Ahmad bin manshur Ar-Ramadi beliau stiqah