Hadist Ke Empat
Rahmat Rasulullahi shalallahu alaihi wa salam kepada manusia dengan usaha kerasnya untuk menyelamatkan mereka dari kebinasaan dengan mendakwahi mereka kejalan Allah, dan bersedihnya beliau atas sikap tidak menerimanya mereka terhadap dakwah beliau, dan penjelasan keadaan sikap manusia terhadap dakwah beliau
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ أَيَّتُهَا الْأُمَّةُ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا بِلَيْلٍ فَأَقْبَلَتْ إِلَيْهَا هَذِهِ الْفَرَاشُ وَالدَّوَابُّ الَّتِي تَغْشَى النَّارَ فَجَعَلَ يَذُبُّهَا وَتَغْلِبُهُ إِلَّا تَقَحُّمًا فِي النَّارِ وَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ أَدْعُوكُمْ إِلَى الْجَنَّةِ وَتَغْلِبُونِي إِلَّا تَقَحُّمًا فِي النَّارِ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Permisalanku dengan kalian wahai umat sekalian adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api pada malam hari, lalu datanglah serangga dan hewan lainnya menutupi apinya, ia menghalanginya agar tidak masuk ke dalam api tetapi ia terkalahkan, sehingga mereka masuk ke dalam api. Sedang aku berusaha memegang simpul sarung kalian dan menyeru ke dalam surga, namun kalian mengalahkanku sehingga masuk ke dalam neraka.”[1]
Imam Nawawi berkata : “Maksud hadist ini yaitu bahwa Nabi menyerupakan jatuhnya orang-orang jahil dan orang-orang yang menyelisihi kebenaran dengan maksiat dan syahwat mereka kedalam api neraka, dan semangatnya mereka untuk jatuh kedalamnya, meskipun beliau telah mencegahnya, dan telah menahan dari tempat-tempat terjatuhnya tersebut, dengan jatuhnya serangga kedalam api didunia karena hawa nafsunya dan tidak bisa membedakan mana yang bahaya, dan keduanya semangat untuk membinasahkan dirinya karena kejahilannya tersebut.”[2]
Imam Ibnu Hajar berkata : “Dan kesimpulannya bahwa Nabi menyerupakan berkerumunnya pengikut syahwat didalam kemaksiatan yang merupakan sebab masuknya ke neraka, dengan berkerumunnya serangga yang jatuh kedalam api karena mengikuti syahwatnya, dan beliau menyerupakan pencegahan dan peringatan beliau kepada ahli maksiat dari perbuatan maksiat, dengan pemilik api yang menghalangi serangga dari terjatuh kedalam api tersebut.”[3]
Imam Al-Qurtubi berkata : “Itu adalah permisalan bagi kesungguhan Nabi untuk menyelamatkan kita dan semangatnya atas keselamatan kita dari kebinasaan yang ada didepan mata, karena kebodohan kita dengan hal yang sebenarnya dan kuatnya syahwat kita atas nya.”
Imam Ibnul Arabi berkata : “Ini adalah permisalan yang asing tetapi banyak maknanya, yaitu bahwa Allah memberikan perumpamaan bagi neraka jahanam dan apa yang ditunggangi berupa syahwat yang menyeru dan mendorong untuk masuk kedalam nya, serta peringatatan berupa larangan dan ancaman Nya. Kemudian Syahwat mengalahkan nya sehingga masuklah kedalamnya dengan anggapan itu sebuah maslahat atau manfaat. Dan inilah inti permisalan tersebut, karena sesungguhnya makhluk tidak mendatanginya dengan tujuan ingin binasa, akan tetapi dengan anggapan mendapatkan keselamatan dan manfaat seperti serangga yang mengerumuni cahaya bukan karena inggin celaka, bahkan ingin senang tetapi ia tidak sabar sehingga binasalah ia, sebagian ulama berkata : sesungguhnya serangga berada di kegelapan dan ia meyakini bahwa cahaya adalah sebuah lubang yang muncul darinya sinar, oleh karenanya ia pun mendatanginya, maka terbakarlah dia dalam keadaan tidak sadar, dan itulah seluruh atau kebanyakan dari keadaan manusia.”[4]
Didalam hadist lain disebutkan:
عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَتَى قَوْمًا فَقَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي رَأَيْتُ الْجَيْشَ بِعَيْنَىَّ، وَإِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْعُرْيَانُ فَالنَّجَاءَ. فَأَطَاعَهُ طَائِفَةٌ مِنْ قَوْمِهِ فَأَدْلَجُوا، فَانْطَلَقُوا عَلَى مَهَلِهِمْ فَنَجَوْا، وَكَذَّبَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ فَأَصْبَحُوا مَكَانَهُمْ، فَصَبَّحَهُمُ الْجَيْشُ، فَأَهْلَكَهُمْ وَاجْتَاحَهُمْ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ أَطَاعَنِي، فَاتَّبَعَ مَا جِئْتُ بِهِ، وَمَثَلُ مَنْ عَصَانِي وَكَذَّبَ بِمَا جِئْتُ بِهِ مِنَ الْحَقِّ .
Dari Abu Musa Al Asy Ari berkata, Rasulullah bersabda : “permisalanku dan permisalan yang aku diutus oleh Allah untuk membawanya, seperti seorang laki-laki yang mendatangi kaumnya. Lelaki itu menyatakan ” wahai kaumku sesungguhnya aku melihat pasukan musuh dengan mata kepalaku dan aku adalah pemberi peringatan yang sebenarnya, maka hendaklah kalian berlindung, maka ada sekelompok dari kaumnya yang mentaati orang tersebut, merekapun berhasil selamat maka merekapun berhasil berlalu dan mereka selamat dari kejaran musuh, namun ada kelompok lain yang mendustakan laki-laki tersebut,maka pasukan musuh itu berhasil menangkap dan membinasahkan mereka.”[5]
Juga disebutkan pada sebuah hadist :
عن ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاهُ فِيمَا يَرَى النَّائِمُ مَلَكَانِ ، فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رِجْلَيْهِ ، وَالْآخَرُ عِنْدَ رَأْسِهِ ، فَقَالَ الَّذِي عِنْدَ رِجْلَيْهِ لِلَّذِي عِنْدَ رَأْسِهِ : اضْرِبْ مَثَلَ هَذَا ، وَمَثَلَ أُمَّتِهِ ، فَقَالَ : إِنَّ مَثَلَهُ وَمَثَلَ أُمَّتِهِ كَمَثَلِ قَوْمٍ سَفْرٍ ، انْتَهَوْا إِلَى رَأْسِ مَفَازَةٍ ، فَلَمْ يَكُنْ مَعَهُمْ مِنَ الزَّادِ مَا يَقْطَعُونَ بِهِ الْمَفَازَةَ ، وَلا مَا يَرْجِعُونَ بِهِ ، فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ ، إِذْ أَتَاهُمْ رَجُلٌ فِي حُلَّةٍ حِبَرَةٍ ، فَقَالَ : أَرَأَيْتُمْ إِنْ وَرَدْتُ بِكُمْ رِيَاضًا مُعْشِبَةً ، وَحِيَاضًا رُوَاءً ، أَتَتَّبِعُونِي ؟ فَقَالُوا : نَعَمْ ، قَالَ : فَانْطَلَقَ بِهِمْ ، فَأَوْرَدَهُمْ رِيَاضًا مُعْشِبَةً ، وَحِيَاضًا رُوَاءً ، فَأَكَلُوا وَشَرِبُوا وَسَمِنُوا ، فَقَالَ لَهُمْ : أَلَمْ أَلْقَكُمْ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ ، فَجَعَلْتُمْ لِي إِنْ وَرَدْتُ بِكُمْ رِيَاضًا مُعْشِبَةً ، وَحِيَاضًا رُوَاءً ، أَنْ تَتَّبِعُونِي ؟ فَقَالُوا : بَلَى ، قَالَ : فَإِنَّ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ رِيَاضًا أَعْشَبَ مِنْ هَذِهِ ، وَحِيَاضًا هِيَ أَرْوَى مِنْ هَذِهِ ، فَاتَّبِعُونِي ، قَالَ : فَقَالَتْ طَائِفَةٌ : صَدَقَ وَاللَّهِ لَنَتَّبِعَنَّهُ ، وَقَالَتْ طَائِفَةٌ : قَدْ رَضِينَا بِهَذَا نُقِيمُ عَلَيْهِ
dari Ibnu Abbas ; bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah didatangi dua malaikat dalam mimpinya, salah satunya duduk di dekat kedua kaki beliau, dan yang lain di dekat kepala beliau. Malaikat yang duduk di dekat kaki beliau berkata kepada yang duduk di dekat kepala beliau; “Ungkapkan perumpamaan orang ini dengan umatnya.” Dia menjawab; “Sesungguhnya perumpamaan dirinya dengan umatnya adalah laksana suatu kaum yang sedang dalam perjalanan yang sampai pada pangkal kemenangan, mereka tidak lagi mempunyai bekal yang cukup untuk menggapai kemenangan dan tidak (cukup) pula untuk kembali. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba mereka di datangi oleh seorang yang mengenakan pakain kebesaran, lalu orang itu berkata; “Bagaimana menurut kalian bila aku membawa kalian ke suatu taman yang penuh dengan pepohonan dan telaga yang melimpah airnya dan indah dipandang, apakah kalian akan mengikutiku?” Mereka menjawab; “Ya.” Ia berkata; “Lalu orang itu pun bertolak bersama mereka hingga sampai di taman yang penuh dengan pepohonan dan telaga yang melimpah airnya serta indah dipandang, mereka minum dan makan hingga gemuk. Lalu orang itu berkata pada mereka, “Bukankah aku telah mengantarkan kalian kepada kondisi itu, dan kalian telah berjanji kepadaku, bahwa bila aku membawa kalian ke taman yang penuh dengan pepohonan dan telaga yang melimpah airnya serta indah dipandang kalian akan mengikutiku?” Mereka menjawab; “Benar.” Orang itu berkata lagi; “Sesungguhnya di depan kalian ada taman yang lebih lebat dan rindang dari pada ini serta ada telaga yang lebih indah daripada ini, maka ikutlah denganku.” Malaikat itu melanjutkan: “Salah satu kelompok dari mereka berkata; ‘Dia benar, demi Allah kami akan mengikutinya.’ Dan kelompok yang lain berkata; ‘Kami telah merasa cukup untuk tetap tinggal di sini.”[6]
[1] .Ahmad (10540), Bukhari (3426), Muslim (6090)
[2] .Syarah shohih muslim (15/50)
[3] . Fathul Baari (11/318)
[4] .Tarhil Tasrib (8/224)
[5] .Bukhari (6482), Muslim (6094)
[6] .Ahmad (2402), At-Thabrani (12940) Al-Hastami berkata “sanadnya hasan”