Hadist ke lima
Kasih sayang dan kelemah lembutan beliau di dalam mengajak manusia ke jalan Allah serta keridhaan beliau dengan membuka pintu taubat dan rahmah untuk manusia meskipun mereka bersegera didalam melakukan sebab-sebab datang nya adzab
عَنْ ابْنِ عَبَاسٍ قَالَتْ قريشٌ للنَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ادعُ لنا ربَّك يجعَلْ لنا الصَّفا ذَهَبًا فإنْ أصبَح ذَهَبًا اتَّبَعْنَاكَ فَدَعَا ربَّه فأتاه جبريلُ عليه السَّلامُ فقال إنَّ ربَّك يُقْرِئُك السَّلامَ ويقولُ لك إنْ شئتَ أُصَبِّحُ لهم الصَّفا ذَهَبًا فمَنْ كَفَرَ مِنْهُمْ عذَّبْتُه عَذَابًا لا أُعَذِّبُه أحَدًا مِنَ العالمين وإنْ شئتَ فتَحْتُ لهم بابَ التَّوبةِ والرَّحمةِ قال بَلِ بابَ التَّوبةِ والرَّحمةِ
وَفِي رِوَايَةٍ فَقِيلَ لَهُ إِنْ شِئتَ أَنْ تَسْتَأْنِيَ بِهِمْ وَإِنْ شِئْتَ أَنْ تُؤْتِيهِمْ الّذِي سَأَلُوا فَإِنْ كَفَرُوا أَهْلَكُوا كَمَا أَهْلَكْتُ مَنْ قَبْلَهُمْ قَالَ بَلْ أَسْتَأْنِي بِهِمْ وَأَنْزَلَ أللّهُ وَمَا مَنَعَنَآ أَن نُّرْسِلَ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّآ أَن كَذَّبَ بِهَا ٱلْأَوَّلُونَ ۚ وَءَاتَيْنَا ثَمُودَ ٱلنَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا۟ بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dari Ibnu ‘abas : Orang-orang Qurais berkata kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam “Berdoalah kepada Rabbmu agar menjadikan bukit shafa menjadi emas, apabila dapat menjadi emas maka kami akan mengikutimu” maka Nabi pun berdoa lalu datanglah Jibril dan berkata : Rabbmu menyampaikan salam untukmu dan berkata “jika kamu mau akan aku jadikan bukit shafa itu menjadi emas, lalu barang siapa yang kafir dari mereka maka aku akan adzab dengan adzab yang belum pernah aku berikan kepada seorangpun, tapi jika kamu mau aku akan bukakan ntuk mereka pintu taubat dan kasih sayang” maka Nabi berkata : “bahkan aku memilih dibukakan pintu taubat dan kasih sayang”. [1]
Dalam riwayat lain : “dikatakan kepada nya “jika kamu mau kami abaikan mereka, dan jika kamu mau kami berikan apa yang mereka minta, tapi jika mereka kafir, mereka akan binasa sebagaimana kami binasakan kaum sebelum mereka, maka beliau bersabda “abaikan saja mereka”. Maka Allah turunkan ayat : “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.” [Al-Isra : 59][2]
Al-Hafiz Abu Ya’la di dalam kitab musnadnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Ali Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Tamim Al-Masisi, dari Abdul Jabbar ibnu Umar Al-Ayli, dari Abdullah ibnu Ata ibnu Ibrahim, dari neneknya (yaitu Ummu Ata, pelayan Az-Zubair ibnul Awwam) yang telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Az-Zubair mengatakan bahwa ketika firman Allah . berikut ini diturunkan: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu’ara: 214) Maka Rasulullah. berseru dengan suara yang keras di atas puncak Abu Qubais, “Hai keluarga Abdu Manaf, sesungguhnya aku memberikan peringatan!” Kemudian datanglah orang-orang Quraisy menemuinya, lalu Nabi . memberikan peringatan dan ancaman kepada mereka. Maka mereka berkata, “Kamu menduga bahwa dirimu seorang nabi yang mendapat wahyu. Sesungguhnya Sulaiman telah ditundukkan baginya angin dan gunung, Musa telah ditundukkan baginya laut, dan Isa dapat menghidupkan orang-orang mati. Maka doakanlah pada Allah agar Dia menyisihkan (memindahkan) gunung-gunung ini dari kami dan mengalirkan sungai-sungai di buminya sehingga kami dapat menggarapnya dan melakukan cocok tanam padanya buat makan kami. Dan jika engkau tidak mau, maka doakanlah kepada Allah semoga Dia menghidupkan orang-orang mati kami agar kami dapat berbicara dengan mereka dan mereka pun dapat berbicara dengan kami. Jika engkau tidak mau, maka doakanlah kepada Allah untuk kami agar Dia menjadikan bagi kami batu besar yang berada di bawahmu itu emas sehingga kami dapat memahatnya dan dapat memberikan kecukupan kepada kami tanpa harus melakukan perjalanan musim dingin dan musim panas. Karena sesungguhnya engkau menduga bahwa dirimu sama seperti mereka (nabi-nabi itu).” Ketika kami masih berada di sekeliling Nabi ., tiba-tiba turunlah wahyu. Setelah wahyu selesai, Nabi. bersabda:
“وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ أَعْطَانِي مَا سَأَلْتُمْ، وَلَوْ شِئْتُ لَكَانَ، وَلَكِنَّهُ خَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ تَدْخُلُوا بَابَ الرَّحْمَةِ، فَيُؤَمَّنَ مُؤْمِنُكُمْ، وَبَيْنَ أَنْ يَكِلَكُمْ إِلَى مَا اخْتَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ، فَتَضِلُّوا عَنْ بَابِ الرَّحْمَةِ، فَلَا يُؤَمَّنَ مِنْكُمْ أَحَدٌ، فَاخْتَرْتُ بَابَ الرَّحْمَةِ، فَيُؤَمَّنُ مُؤْمِنُكُمْ. وَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ إِنْ أَعْطَاكُمْ ذَلِكَ ثُمَّ كَفَرْتُمْ، أَنَّهُ يُعَذِّبُكُمْ عَذَابًا لَا يُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ”
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya Dia mau memberiku apa yang kalian minta itu; seandainya aku menghendaki, niscaya terjadi. Akan tetapi, Allah memberiku pilihan. Yaitu kalian masuk ke dalam pintu rahmat, sehingga orang yang beriman di antara kalian mau beriman, atau diserahkan kepada kalian menurut apa yang kalian pilih, nanti akibatnya kalian akan kehilangan pintu rahmat, dan akhirnya tiada seorang pun dari kalian yang beriman. Maka aku memilih pintu rahmat, sehingga berimanlah orang-orang yang mau beriman dari kalian. Dan Allah memberitahukan kepadaku bahwa jika Dia memberi apa yang kalian minta itu, lalu kalian tetap kafir, maka sesungguhnya Dia akan mengazab kalian dengan azab yang belum pernah Dia timpakan kepada seorang pun dari umat manusia.
Lalu turunlah firman-Nya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59)
Dan Nabi. membaca tiga ayat, lalu turun pula firman-Nya:
{وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الأرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى}
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang telah mati dapat berbicara. (Ar-Ra’d: 31), hingga akhir ayat.
Karena itulah Allah.[3]
[1] .Ahmad (2114), At-Thabrani di Mu’jamul kabir (12736) Berkata Al-Haistami dan Al-Mundziri “perawinya perawi shohih”
[2].An-Nasai (12736) Al-Haistami berkata “Perawinya perawi shahih”
[3] .Abu Ya’la didalam musnad nya (679), berkata Al-Haistami “ diriwayatkan dari jalur ‘abdul jabar alayli dari ‘abdillah bin atha keduanya ada yang menstiqahkan tetapi di dhaifkan jumhur.” lihat Ibnu kastir (3/80)